Kekuasaan dan Keadilan
![]() |
Sumber Foto Dewi Themis: WordPress.com |
Oleh:
Ida Bagus Gde Yudha Triguna,
Universitas Hindu Indonesia,
(Diwacanakan pada beberapa Kesempatan, 2009).
Pada beberapa kali kesempatan Dharma Santi tingkat Provinsi, tema tersebut di atas menjadi tema penting dan kontekstual, terutama jika yang hadir pimpinan daerah, seperti Dharma Santi di Ambon yang dihadiri Gubernur, Pangdam, Kapolda, Kajati, Kepala Pengadilan. Dharma Santi Jawa Timur yang dihadiri bergantian antara Gubernur dan Wakil Gubernur, Dharma Santi Provinsi Banten yang juga dihadiri Ibu Gubernur, Dharma Santi Kalimantan Tengah yang dihadiri Gubernur dan atau Wakil Gubernur, Dharma Santi Papua Barat yang dihadiri Gubernur dan Muspida atau Peresmian Wantilan di lingkunganPura di Palembang yang dihadiri Bapak Gubernur Sumatra Barat. Saya memulai dharma wacana kontekstual ini dengan mengacu cerita mahabharata sebagai berikut.
“Ketika Pandawa Lima harus diasingkan ke tengah hutan Kamyaka selama 12 Tahun ditambah 1 tahun dalam penyamaran akibat kalah berjudi dengan seratus Korawa, terjadilah berbagai ujian, di antaranya tatkala empat saudara Pandawa satu per satu mati di tepi telaga karena ditugasi mencari air oleh Yudistira. Karena keempat saudaranya belum juga kunjung datang, maka Yudistira menyusulnya dan ia melihat keempat saudaranya tergeletak di tepi telaga yang airnya sangat jernih. Tanpa berpikir panjang lagi, Yudistira kemudian mengambil air untuk diberikan kepada istrinya Drupadi. Belum sempat air itu diteguk, menggelegarlah suara dari langit, suara Yaksa: “wahai Yudistira, jika engkau tidak ingin istrimu dan kamu sendiri mengalami nasib yang sama dengan keempat saudaramu, maka engkau seharusnya meminta ijin sebelum mengambil milikku. Akulah yang menguasai seluruh isi alam ini, oleh karena itu, sebelum engkau mengambil apapun yang bukan milikmu, maka engkau harus meminta ijin terlebih dahulu. Baik paduka Yaksa, saya mohon dengan sangat hormat, ijinkan saya meminta seteguk air untuk istri hamba yang sedang kehausan. Singirakat cerita, Drupadipun mendapatkan air untuk menghilangkan dahaganya.
Kemudian Yudistira memohon kepada Yaksa agar keempat adik-adiknya bisa hidup kembali, “Paduka Yaksa, saya mohon ampun atas kesalahan yang telah diperbuat saudara hamba. Hamba mohon agar mereka bisa hidup kembali, sehingga mereka dapat bersama kami”. Yaksapun berkata: “Yudistira, jika kamu menginginkan saudaramu hidup kembali, maka jawablah beberapa pertanyaanku berikut.
[1] Apakah yang lebih tinggi dari langit ? Yudistira menjawab: paduka Yaksa menurut hamba yang lebih tinggi dari langit tiada lain adalah Bapak, ayah-Akasa.
[2] Apakah yang lebih berat dari bumi, tanya Yaksa. Yudistira menjawab, menurut hemat saya, yang lebih berat dari bumi tidak lain adalah Ibu-pertiwi.
[3] Apakah yang lebih banyak dari pasir di laut ? Yudistira menjawab, Paduka Yaksa yang lebih banyak dari pasir di laut adalah keinginan [yang berpusat pada pikiran].
Setelah ketiga pertanyaan Yaksa dijawab dengan baik oleh Yudistira, maka Yaksa kemudian berkata: “BaikYudistira, karena kamu telah menjawab ketiga pertanyaanku dengan baik, maka aku akan memberikan satu 'voucher' untuk menghidupkan salah satu di antara empat saudaramu yang meninggal. Silahkan pilih! Setelah berfikir sejenak, Yudistira kemudian berkata: Paduka Yaksa, jika hamba diharuskan memilih satu di antara empat saudara yang telah meninggal, maka hamba mohon yang dihidupkan Nakula atau Sahadewa.
Mendengar jawaban Yudistira seperti itu, Yaksalah yang terkejut sembari bertanya: Mengapa Nakula atau Sahadewa, bukankah engkau memerlukan seorang Bima yang berotot dan ahli memainkan senjata gada untuk melindungimu; kenapa bukan Arjuna, ahli panah yang juga dapat melindungimu dari serangan binatang buas ? Yudistira kemudian menjawab: paduka yang mulia, Hamba Yudistira adalah putra ibu Kunti, sudah hidup satu orang. Semestinya juga hidup satu orang putra ibu Madri. Jika hamba memohon agar yang hidup itu Bima atau Arjuna, artinya hamba hanya memikirkan diri serta keluarga hamba sendiri. Betapa sedihnya hati ibu Madri karena seluruh anak-anaknya tewas, dan siapa yang mengantarkan Atma nya kelak menuju Sorga. Oleh sebab itu sekali lagi hamba mohon agar yang dihidupkan Nakula atau Sahadewa. Hamba berusaha berfikir dan bertindak berkeadilan. Menurut hemat hamba, keadilan tidak ditentukan oleh seberapa banyak Peraturan dan Perundang-undangan ada, melainkan ditentukan oleh niat baik pemimpinnya untuk berbuat adil ! Mari kita memulai dari diri sendiri mewujudkan keadilan secara adil. Svaha